Memanfaatkan teknologi nuklir, Badan Teknologi Nuklir Nasional (Batan) berhasil menekan populasi nyamuk Aedes aegypti, nyamuk pembawa virus Demam Berdarah Dengue (DBD) dan virus zika.
Batan menekan populasi nyamuk itu dengan membuatnya mandul karena radiasi sinar gamma. Jika nyamuk jantan mandul itu dilepas dan kawin dengan nyamuk betina, maka tidak akan terjadi pembuahan, telur yang keluar tidak ada isinya. Secara otomatis dari perkawinan tidak terjadi pembuahan, populasi pun akan tertekan dan lama-kelamaan hilang. Batan menamakan skema penurunan populasi itu dengan Teknik Serangga Mandul (TSM).
Peneliti Laboratorium Entomologi Batan, Ali Rahayu, mengatakan dalam satu jam dengan menggunakan alat pemisah antara pupa jantan dan betina, mereka bisa memisahkan sekitar 54 ribu pupa jantan.
Ali menjelaskan, jika kebutuhan nyamuk jantan mandul sedikit, radiasi cukup dilakukan pada nyamuk jantan secara langsung. Tapi jika kebutuhan radiasi ingin dalam jumlah banyak, sebaiknya langsung disterilkan pada pupa nyamuk jantan.
"Kalau pupa yang disterilkan bisa ratusan ribu karena kecil juga," kata Ali.
Tim VIVA.co.id, ikut melihat proses pemisahan hingga nyamuk jantan mendapatkan radiasi. Pertama, teknisi laboratorium memisahkan antara larva dan pupa. Terdapat tiga tahapan saringan, jika yang lolos pertama itu adalah larva, di dalam kaca penyaring bagian bawah sudah dipastikan pupa jantan.
Sementara pupa paling atas adalah pupa betina. Pemisahan ini sudah dipastikan kelaminnya karena terkait ukuran tubuh. Semakin besar ukuran pupa, jenis kelaminnya betina.
Selanjutnya, larva disimpan kembali hingga menjadi pupa. Pupa jantan yang telah dipisahkan lalu diradiasi dalam irradiator dengan sinar gamma 70 gray. Jika ingin dikembangkan menjadi nyamuk, pupa dimasukkan dalam sangkar.
Kemudian pupa betina, tetap dikembangbiakkan menjadi nyamuk dewasa, yang dimanfaatkan Batan untuk perkembangbiakan atau ternak. Selanjutnya, nyamuk jantan steril siap dilepas.
Pada proses pengujian, Batan melepas nyamuk jantan 50 ekor dalam satu rumah. Ali menjelaskan, nyamuk jantan sudah dipastikan tidak menggigit. Maka dari itu, Batan memandulkan pada nyamuk jantan Aedes.
"Karena struktur belalainya beda ujungnya. Betina ujungnya jarum, yang jantan kayak kuas, jadi menghisap (betina)," jelas Ali.
Turunkan populasi
Untuk masa bertahan hidup, jantan bertahan selama dua minggu setelah kawin. Sementara betina bertahan selama masa bertelur. Jika tidak kawin, baik jantan dan betina bertahan hidup selama 1,5 bulan.
Nyamuk betina umumnya paling banyak menghasilka 400 telur setelah kawin. Tapi dia akan mengeluarkan telur tersebut secara bertahap. Pada tahap inilah fungsi nyamuk jantan menghisap darah, untuk mematangkan telur. Pembuahan yang terjadi secara bertahap karena betina punya spermateka, yang berfungsi menampung sperma.
Ali memaparkan, efektivitas penurunan populasi bisa mencapai 96,35 persen pada penyebaran nyamuk jantan. Penurunan itu terjadi pada pekan ke empat dan jika diteruskan pada bulan ketujuh maka dapat menahan munculnya kasus baru. Pada bulan ketujuh itu juga dapat menghilangkan keberadaan virus dengan analisis pada tubuh nyamuk setelah pelepasan kedua.
Batan melalui Pusat Aplikasi Isotop dan Radiasi (PAIR) sudah meneliti TSM sejak 2005. Pada 2011 sampai dengan 2015, Batan telah mengaplikasikan teknik tersebut di wilayah Jakarta, Salatiga, Tangerang dan Bangka Barat.
Untuk memandulkan nyamuk jantan tidak melulu menggunakan irradiator. Solusi lain, juga bisa menggunakan Sinar X.
Batan mengklaim, TSM lebih ekonomis karena dalam membiakkan nyamuk cukup mudah dan tidak membutuhkan biaya banyak dan juga efektif, karena selain dengan irradiator, nyamuk jantan bisa dimandulkan dengan Sinar X.
0 comments so far,add yours